Tuesday, March 17, 2009

Allah adalah dewa bulan


apakah benar umat islam menyembah dewa bulan seperti yang terlihat diggambar itu?


Jangan berkata tentang Allah
Kecuali yang Haq...

DEWA BULAN
Tradisi Kristen yang telah kita bahas diatas rupanya ingin diimbaskan kepada ajaran Islam dengan mengembalikan ajaran Islam pada paganisme Arab dan menghilangkan fakta sejarah bahwa paganisme Arab tersebut adalah paham yang diperangi habis-habisan oleh Rasulullah dan umatnya. Oleh sebab itu maka Dr. Morey menyudutkan Islam dengan mengemukakan poin-poin hujatan berikut :

1. Bahwa Umat Islam menyembah dewa bulan.
2. Tentang Allah dalam Islam dan Tuhan dalam Bibel.

Pada hujatan pertama, Dr. Robert Morey ingin mengelabuhi masyarakat bahwa umat muslim adalah masyarakat pagan, sehingga negaranya mendapatkan pembenaran atas segala apa yang mereka perbuat terhadap negara-negara Islam yang ia nyatakan pagan. Sedang dalam poin kedua ia ingin memisahkan antara kepercayaan Kristen dengan Islam. Jika yang dimaksud adalah Kristen Trinitas maka adalah benar tidak sama, karena umat Islam menESAkan Tuhan sementara Kristen Trinitas "menyekutukan" Tuhan. Tapi kalau yang dimaksud adalah Kristen Unitarian (Nazaren/Nashoro) tentu saja masalahnya lain, karena mereka berpaham monoteisme. Suatu upaya pembuktian Class of Civilization yang ujung-ujungnya adalah kekuasaan dan Ekonomi (Minyak).
Dr. Robert Morey menyatakan bahwa Allah adalah nama dari Dewa Bulan yang disembah di Arab sebelum Islam. Hal ini ia kuatkan dengan pernyataan bahwa :
Nama Allah sudah dikenal masyarakat Arab sebelum kenabian Muhammad.
Adanya nama-nama seperti Qomaruddin, Syamsuddin.
Kepercayaan Jahiliyah (PraIslam), agama Astral.
Berhala yang ada di Ka'bah.
Simbol bulan sabit.
Yang agak memalukan bahwa dalam membuktikan tuduhan-tuduhannya tersebut Pak Doktor ini banyak memanipulasi pernyataan dari penulis-penulis yang menjadi rujukannya. Sebagai Contoh :
- Untuk menguatkan pendapatnya bahwa "dewa bulan dipanggil dengan berbagai nama, salah satunya adalah Allah'" ia merujuk pada halaman 7 dari Buku Guillame yang berjudul Islam. Tetapi sebenarnya Guillame mengatakan di halaman yang sama : "Di Arab Allah telah dikenal dari sumber umat Kristen dan Yahudi sebagai Tuhan yang Esa, dan tidak ada keraguan meslvpun dia telah dikenal oleh Pagan Arab di Mekkah sebagai yang Tertinggi." HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_1.htm" \l "n1" 1
- Dr. Morey juga mengutip dari penulis non-Muslim Caesar Farah di ha128. Tetapi pada saat dirujuk dalam buku tersebut didapati bahwa Dr. Morey hanya mengutip sebagian dan meninggalkan pokok bahasan dari buku tersebut. Buku tersebut sebenarnya menyatakan bahwa Tuhan yang dipanggil il oleh orang Babilon dan EI oleh orang Israel telah dipanggil ilah, al-ilah, dan Allah di Arab. Farah mengatakan lebih lanjut pada halaman 31 bahwa sebelum Islam orang pagan telah mempercayai bahwa Allah adalah dewa tertinggi. Dikarenakan mereka sudah mempunyai 360 berhala, tetapi Allah bukan salah satu dari 360 berhala tersebut. Sebagaimana Caesar Farah menyatakan di halaman 56, bahwa Nabi Muhammad saw, telah menghancurkan berhala-berhala tersebut.

Nama Allah sebelum Islam

Adanya kata Allah sebelum masa Islam, seperti yang dikatakan Robert Morey bahwa Ayah Rasulullah bernama Abdullah (hamba Allah), tidak sepantasnya dijadikan alasan bahwa Allah tersebut adalah dewa bulan.
Seperti yang pernah kita bahas sebelum ini bahwa El, Eloy, Allah, Yahweh, Ya Hua, Elohem,Allahumma; adalah kata-kata yang dipakai oleh masing-masing bangsa -saat itu- untuk menyebut Tuhan. Dan kata Allah adalah kata yang dipakai oleh bangsa Arab untuk menyebut Tuhan khususnya oleh para Ahnaf (masyarakat Arab yang mengikuti tradisi Ibrahim). Dan nama itu tidak termasuk dalam jajaran nama-nama berhala dan dewadewa Arab. Permasalahannnya bukan hanya pada kata-kata itu saja, kemudian kita menilai paham suatu masyarakat. Tapi pada cara penyikapan kepada "Tuhan" yang disebut menurut bahasa mereka sendiri-sendiri. Bangsa Israel yang menggunakan kata Yahweh untuk merefleksikan pemahaman mereka tentang konsep "Tuhan" dibimbing oleh rasul dan nabi mereka untuk meluruskan pemahaman dan penyikapan terhadap Tuhan yang mereka sebut Yahweh. Begitu juga masyarakat Arab yang pada masa jahiliyah memakai kata Allah untuk menyebut Tuhan dibimbing oleh Rasulullah Saw untuk menyikapi dan memahami apa yang mereka sebut Allah itu. Cara penyikapan inilah yang diajarkan oleh masing-masing rasul dan nabi kepada umatnya, yaitu meng-ESA-kan. Kalau ukurannya hanya pada tataran kata saja untuk menilai paham suatu umat, maka Yahudi dan Kristen luga pagan, karena nama "EL' yang dipakai IsraEL adalah Tuhan dari bangsa Kan'an yang menurut mereka pagan.

Qomaruddin dan Syamsuddin

Pembaca dari kalangan Muslim mungkin akan tertawa ketika dikatakan bahwa nama-nama Cak Qomar dan Cak Udin luga kang Najam dijadikan bukti adanya penyembahan terhadap dewa bulan. Menurut Dr. Robert Morey :
Agama Penyembah Bulan disebut Komaruddin.
Komarun = Bulan; Dinun = Agama. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_1.htm" \l "n2" 2
Begitu juga dengan nama Syamsuddin dan Najmuddin, keduanya diterjemahkan dengan cara yang sama.
Komarun berarti bulan dan dinun berarti agama maka arti dari nama tersebut adalah "bulannya agama", maksudnya seorang yang dengan agamanya berkiprah di masyarakatnya seperti bulan yang bersinar terang benderang, membawa nama baik agamanya. Begitu syamsuddin, di harapkan oleh orang tuanya agar lebih bersinar seperti matahari yang selalu memberi manfaat kepada manusia. Nama-nama muslim yang dinisbatkan kepada dien (agama) memiliki makna senada, seperti saifuddin (pedang agama), adalah harapan orang tuanya agar anaknya mampu membela agamanya ibarat sebuah pedang yang siap dipakai kapan saja. Sedang "penyembah bulan" kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab ‘abid al-Qomar. Begitu juga dengan dua nama lainnya.
Masyarakat Arab pada masa pra Islam seringkali menamakan budaknya dengan nama-nama yang dapat menyenangkan hati mereka seperti nama Qomar dan Syams, diharapkan agar budaknya dapat menerangi mereka seperti namanya. Sedang untuk mereka sendiri, mereka memakai namanama yang menyeramkan, untuk menakuti musuh-musuhnya, seperti Kilab (anjing-anjing), Asad (singa), Namir dan Fahd (harimau). Pada masa Rasulullah nama-nama jahiliyah banyak dinisbatkan langsung pada Allah, seperti Saifullah (pedang Allah), Asadullah (Singa Allah) dan lain sebagainya. Rasulullah meluruskan kebiasaan masyarakat Arab jahiliyah bahkan pada masalah nama.
Pada masa selanjutnya ketika perbudakan sudah terhapuskan, dan para mantan budak yang membentuk komunitas tersendiri, tampil dalam pemerintahan. Mereka dikenal sebagai kaum Mawali (orang-orang yang meminta perlindungan). Untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat yang sebelumnya adalah tuan-tuan mereka, maka mereka menisbatkan nama-nama, mereka kepada kata din (agama). Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang tidak lagi menisbatkan nama-nama kepada tuan-tuannya, sebab zaman perbudakan sudah berakhir, dan semua mereka adalah sama dalam urusan agama. Maka kita melihat bahwa nama-nama seperti Qomaruddin dan Syamsuddin tidak pernah kita temukan pada masa jahiliyah, ataupun pada masa Rasulullah, nama-nama itu baru muncul kemudian pada saat mantan budak memegang tampuk pemerintahan.
Pada masa sekarang nama-nama di atas tidak dipakai untuk menyenangkan tuan, tidak juga untuk legalitas kekuasaan. Nama-nama itu dipakai umat muslim dengan maksud yang berbeda, karena mereka hanya melihat arti dari nama-nama itu, yang diharapkan pemiliknya dapat menjadi seperti namanya.

Kepercayaan masa Jahiliyah (Pra Islam)/Agama Astral

Menurut Dr. Morey : "Allah, dewa bulan, kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang puteri yang disebut putri-putri Allah. Ketiga putri tersebut AI-Lata, AIUzza, dan Manat". Untuk memperkuat anggapannya ia memanipulasi pernyataan Guilluame seperti yang kita ungkap sebelum ini.
Bahwa masyarakat Arab pra Islam memiliki kepercayaan terhadap bintang dan bulan juga matahari memang benar, hanya saja Dr. Morey berhenti sampai disini untuk menyatakan bahwa yang disembah oleh umat Muslim adalah dewa bulan, padahal kepercayaan yang semacam inilah yang diserang dengan keras oleh Rasulullah tanpa kompromi sedikitpun. Itulah sebabnya maka masa tersebut dikatakan sebagai masa Jahiliyyah (zaman kebodohan). Terjemah ayat-ayat berikut ini akan menggambarkan bagaimana Rasulullah secara radikal menyerang kepercayaan masyarakatnya :

“ Maka apakah patut bagi kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al- Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan; Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah namanama yang kamu dan bapak-bapak karnu mengadaadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan rnereka. Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicitacitakannya (Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia. " (QS. An-Najm 19-25).

Berhala di dalam Ka'bah

Berikut ini adalah salah satu dari pernyataan tidak berdasar yang dilontarkan oleh Robert Morey : "Ada satu berhala Allah ditempatkan di ka'bah bersama dengan semua ilah-ilah berhala lain. Penyembah-penyembah berhala sembahyang menghadap Mekah clan Kaabah karena di sanalah dewa-dewa mereka disemayamkan". Kita tidak tahu dari mana pak Doktor mendapatkan sumbernya, tapi yang jelas tidak pernah melihat Ka'bah secara langsung apalagi masuk di dalamnya.
Pada Masa Jahiliyah -tradisi menyebut demikian untuk membedakan antara masa kebenaran dan kebodohan-, banyak berhala ditempatkan di Ka'bah tapi tidak ada satupun berhala disebut Allah. Dan berhala-hala yang amat banyak tersebut telah dihancurkan oleh Rasulullah saat memasuki Makkah, setelah sebelumnya umat Islam diusir dari Makkah. Rasulullah sendiri pada saat sebelum menjadi nabi, pernah bersumpah dihadapan Khadijah istrinya bahwa beliau "tidak akan menyembah uzza selamanya", hal ini jelas membedakan antara Allah dan ilahilah lainnya, sebab saat itu agama Hanifah (jalan lurus) ajaran Ibrahim As. masih bertahan di Makkah, walaupun pengikutnya tidak sebanyak para pagan. Kini jangankan di Ka'bah di rumah seorang muslim saja tidak akan ada berhala. Sangat berbeda dengan Rumah dan Kantor Robert Morey yang mungkin memasang patung salib di sudut ruang atau kamarnya.

Dewa bulan dan Simbol Bulan Sabit

Simbol bulan sabit yang sering dipakai umat muslim dianggap sebagai simbol penyembahan dewa bulan oleh Dr. Robert Morey. la menyatakan : "Simbol penyembahan dewa bulan dalam budaya Arab dan di tempat-tempat lain di seluruh timur tengah adalah bulan sabit". Gambar bintang yang biasa berada ditengah bulan sabit tidak disebut, karena Amerika memakai simbol bintang.
Dr. Robert Morey dan para orientalis Barat menuduh dengan bertanya kenapa umat Islam memakai simbol bulan sabit untuk agama mereka? Atau kenapa bulan dipakai untuk menandai bulan baru?. Mereka sengaja bertanya dengan logika yang salah dari sesuatu yang tersembunyi, sejak saat umat Islam memakai bulan sabit sebagai simbol, maka dikatakan bahwa umat Islam menyembah "dewa bulan". Ini tidak benar sebagaimana anggapan bahwa sejak umat Yahudi mengambil bintang David sebagai simbol, maka umat Yahudi menyembah bintang, berarti umat Kristen juga menyembah patung salib saat mereka memakai simbol tersebut, atau menyembah matahari saat menggunakan tanda silang dari sinar matahari.
Islam tidak pernah mengajarkan untuk menyembah bulan. Dalam firman Allah disebutkan:

"Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. " (QS. Fushshilat 37)

Ayat ini diperkuat dengan ayat lain, bahwa bulan bukanlah object penyembahan.

"Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalarn siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ". (QS. Luqman 29).

Jika Allah adalah "dewa bulan" seperti yang dituduhkan oleh Dr. Morey, apa mungkin "dewa bulan" menciptakan bulan untuk dipakai oleh manusia?. Dengan bukti di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa umat Islam hanya menyembah `Allah" saja, dan bukan menyembah dewa bulan. Kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda angkasa yang pernah berkembangan di Mesir, Babilonia, serta Asiria, mungkin saja mempengaruhi Jazirah Arab, sebab secara geografis letaknya tidaklah berjauhan; Hanya saja pada masa Rasulullah kepercayaan tersebut diluruskan dengan menempatkan benda-benda tersebut pada tempat dan fungsinya. Seperti bulan -misalnya-, seperti yang pernah ditanyakan oleh masyarakatArab kepada Rasulullah, ditempatkan sebatas untuk menandakan pergantian waktu. Sebagaimana Firman Allah di Surat Al Baqarah 189:



"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji".
Dari riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: Untuk apa diciptakan bulan sabit?" maka turun ayat tersebut yang
memerintahkan Rasulullah untuk menjawab bahwa bulan adalah untuk menunjukkan waktu kepada manusia kapan mereka harus memakai pakaian ihram pada waktu haji dan kapan harus menanggalkannya, atau kapan mereka harus memulai puasa dan kapan harus mengakhirinya. Dari sini, dapat kita ketahui bahwa tidak ada kepentingan penyembahan kepada bulan, tetapi hanya sebagai Penunjuk pergantian waktu, seperti Haji clan Puasa. Pada masa Khalifah Umar umat Muslim membuat penanggalan berdasarkan hitungan bulan, yang dimulai sejak masa Hijrah.
Yang menarik untuk dicatat bahwa umat Yahudi juga memakai Penanggalan Hijriah untuk menandai perayaan suci mereka. Penanggalan keagamaan Umat Yahudi, yang aslinya dari Babilonia, terdiri dari 12 bulan Qomariah/Hijriah, terhitung 354 hari. Dan penghitungan hari dimulai dari tenggelamnya matahari sampai tenggelam lagi. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_1.htm" \l "n3" 3
Maka bila dikatakan bahwa Islam menyembah "dewa bulan" dikarenakan memakai penanggalan yang berdasarkan bulan, maka apakah agama orang Yahudi, yang juga memakai penanggalan yang berdasarkan bulan ? berdasarkan "logika" Dr. Robert Morey maka umat Yahudi " juga "penyembah bulan". Demikian juga bila umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan perputaran matahari, apakah mereka juga menyembah matahari ? Mari kita simak keterangan berikut ini. Penanggalan yang pertama adalah penanggalan yang berdasarkan bulan. Kebudayaan kuno, seperti Siria, Babilonia, Egypt, dan Cina telah memakai penanggalan bulan, sebagaimana budaya Semit juga mengambil penanggalan bulan untuk menandai waktu mereka. Setelah kita ketahui kenyataan bahwa umat Yahudi dan Islam, dalam tradisi budaya Semit, sama-sama memakai penanggalan Qomariah untuk menandai bulan mereka. Maka kenapa umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan matahari menggantikan penanggalan bulan. Hal ini berkaitan erat dengan rekayasa perayaan natal tanggal 25 Desember clan pengaruh pemikiran-pemikiran pagan yang berporos pada penyembahan dewa Re (dewa matahari) dalam Kristen. Untuk melengkapi bahasan ini, maka akan kami sertakan secara ringkas kajian tentang perayaan natal 25 Desember oleh umat Kristen.

Asal Usul Perayaan Natal 25 Desember

Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.
Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katholik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/ budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari; day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.
Maka supaya agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/ penyem-bahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus). Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, Juga diputuskan: Pertama , hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.
Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Katolik pada abad ke- 4 Masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme nenek moyang.
Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang. Darimana kepercayaan paganis politheisme mendapat ajaran tentang dewa matahari yang diperingati tanggal 25 Desember?
Mari kita telusuri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuno didalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud).
Putaran jaman menyatakan bahwa penyembah berhala versi Babilonia ini berubah menjadi "Mesiah palsu", berupa dewa "13a-al" anak dewa matahari dengan obyek penyembahan "Ibu dan Anak" (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain: Di Mesir berupa "Isis dan Osiris", di Asia bernama "Cybele dan Deoius", di Roma disebut Fortuna dan Yupiter", bahkan di Yunani. "Kwan Im" di Cina, Jepang, dan Tibet. Di India, Persia, Afrika, Eropa, dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa "Madonna" dan lain-lain.
Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa):
Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
Ba-al yang disembah orang-orang Israel adalah dewa penduduk asli tanah Kana'an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan.
Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.
Demikian juga Serapsis, Attis, Isis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia) dan Fo Hi (bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa, Easter.
Jadi, konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib/dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_1.htm" \l "n4" 4.
Konsep/dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah kebohongan yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada Jemaat di Roma:

"Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya; mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? (Roma 3:7) ".

Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat pesannya:
Jawab Yesus kepada mereka : "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang". (Matius 24:4-5)”.



ALLAH, TUHANKU DAN TUHANMU

Setelah menyatakan bahwa umat Muslim menyembah dewa bulan, Dr. Robert Morey berusaha memisahkan antara komunitas Islam dan Kristen dengan pernyataan bahwa Tuhan yang disembah oleh umat Islam tidaklah sama dengan Tuhan yang disembah oleh umat Kristiani. Selain alasan dewa bulan beberapa alasan lain di antaranya:
Pandangan Bible tidak sama dengan pandangan Al-Qur'an. Dan untuk memutuskannya -seperti kata Dr. Robert Morey harus ada kajian secara adil dari kedua belah pihak terhadap teks kedua kitab suci dan dokumen lain yang berkenaan dengan hal tersebut.
Kata Allah tidak ada dalam Bible.
Perbandingan antara pandangan kedua kitab terhadap Allah. Seperti masalah-masalah :
1. Sifat Tuhan,
2. apakah Tuhan dapat dikenal,
3. apakah berbentuk pribadi,
4. apakah berbentuk Roh,
5. apakah diimani dengan doktrin unitas atau trinitas,
6. apakah Tuhan terbatas,
7. apakah Terpercaya,
8.tentang kasih Tuhan,
9. keaktifan dalam sejarah,
10. tentang juru selamat.

Kajian terhadap dua Kitab Suci.

Seperti yang kami sebutkan tadi, dalam upaya membandingkan antara Tuhan umat Muslim dan Kristen, Dr. Robert Morey menghendaki adanya pengkajian atas kedua buah kitab suci secara adil oleh kedua belah pihak sehingga bisa di dapatkan hasil yang memuaskan. Keinginan Dr. Robert Morey ini, jika tertulis sejak awal penulisannya pada tahun 1946 dengan judul Islam Unveiled yang kemudian pada tahun 1992 diperbaharui dengan judul The Islamic Invasion, maka sebetulnya keinginan tersebut sudah terwujud. Sebanyak 75 sarjana Bibel dari perguruan tinggi terkemuka di Amerika dan Eropa telah berupaya -seperti yang diinginkan Dr. Robert Morey untuk meneliti Bibel selama 6 tahun. Dan hasilnya, sebanyak 82 % dari ayat-ayat Bibel adalah bukan perkataan Yesus, sedang sisanya yang 18% dianggap asli. Hal yang sama telah dilakukan oleh kalangan Muslim sejak berabad-abad yang lalu, dalam upaya pembersihan ajaran yang teracuni cerita-cerita Israihyat dari Yahudi dan Kristen.

Sesuai ketentuan Dr. Robert Morey, mestinya dalam pembaruan tulisannya pada tahun 1992 -apalagi yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia baru-baru ini-, kajian
tentang pandangan Bible terhadap Tuhan harusnya didasarkan pada hasil kajian para sarjana Bibel yang telah berupaya selama 6 th. Namun sayang upaya mereka ditinggal begitu saja, malah sebagian otoritas gereja menolak hasil kajian mereka.

Kata "ALLAH" dalam Bible

Untuk memperkuat hujatan tentang dewa bulan Dr. Robert Morey berusaha menafikan pemakain kata "Allah" dikalangan Kristen khususnya dalam Bible, dengan mengatakan

"Padahal Alkitab sudah selesai ditulis jauh-jauh hari sebelum Muhammad lahir, jadi bagaimana mungkin Alkitab berbicara tentang Allah dari Muhammad. Dalam kenyataannya, sebutan nama Allahpun tidak pernah keluar dari bibir para pen ulis Alkitab. Sampai jaman Muhammad, Allah adalah nama salah satu dari dewa-dewa berhala, namo Allah dikenal secara khusus sebagai nama dewa bulan yang menjadi sesembahan orang Arab pada jaman itu. " HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_2.htm" \l "n5" 5

Pernyataan Dr. Robert Morey di atas mungkin agak janggal jika dilihat dalam konteks umat Kristen Indonesia yang sejak dulu memakai kata "Allah" bahkan dalam Injil berbahasa Indonesia, juga dalam buku-buku yang mereka tulis. Bible yang ditempatkan oleh Gedeon tahun 1976, memakai kata “Allah" seperti yang kita kutip sebelumnya tentang hukum yang terutama yaitu: "...hai Israel, adapun Allah Tuhan kita, Ialah Tuhan yang Esa. " (Markus; 12: 29). Bible edisi milenium yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (th. 2000), terbitan tahun 1958 malah menggunakan kata "Hua" (kata ganti orang ketiga dalam bahasa Arab) juga memakai kata Allah dalam Ulangan 6:4 :Sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya ". Jika Bible edisi Arab yang juga memakai kata "Allah" dikatakan oleh Dr. Robert Morey ditulis abad 9 dan kata tersebut terpaksa dipakai karena takut ancaman penguasa muslim, bagaimana dengan yang di Indonesia? Kalau dikatakan karena kondisi yang sama, bagaimana dengan umat Hindu clan Budha yang tidak pernah memakai kata "Allah" hingga saat ini, toh mereka tenang tenang saja tidak takut mendapat ancaman dari mayoritas muslim Indonesia. Alasan "takut ancaman", hanyalah rekaan Yang tidak berdasar sebab masyarakat Kristen Arab pada masa kejayaan Islam mendapat perlindungan yang bahkan beberapa dari mereka menjadi wazir (menteri) pada masa daulah Abasiyah. Di Indonesia sendiri tidak pernah ada upaya pemurtadan oleh umat Muslim terhadap umat Kristen, apalagi ancaman dan pemaksaan agar memakai kata "Allah", yang terjadi justru sebaliknya agama Kristen dipaksakan oleh penjajah dan pemurtadan umat Islam dilanjutkan oleh otoritas Kristen hingga saat ini, dengan berbagai macam cara.
Dengan mengatakan bahwa dewa bulan yang dipanggil dengan nama `Allah" adalah sesembahan umat Muslim -seperti kutipan di atas-, sebenarnya Dr. Robert Morey telah menyakiti umat Kristiani. Sebab salah satu alasan dari hujatannya adalah bahwa bahasa Semit sebelum Islam (termasuk Ibrani dan Aram bukan hanya Arab) adalah tempat penyebaran penyembahan dewa bulan atau dewi yang bernama "allah" -alasan yang tidak berdasar-. Bila seseorang menyatakan bahwa ia menemukan bukti bahwa dewa bulan yang bernama "allah" di Palestina, Siria, atau Libanon, pernyataan ini juga menunjuk dewa yang dihormati oleh umat Kristen sendiri. Toh kata "Tuhan" yang pertama muncul di Bibel, pada Kitab Kejadian 1:1, menyatakan:

INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/008a.gif" \* MERGEFORMATINET
B'reshit bara ELOHIM et ha-shama'im, V’et ha-arets.
In the beginning, God created the heavens and the earth.

Ketika umat Kristen mengatakan bahwa kata INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/008.gif" \* MERGEFORMATINET "Elohim" adalah bahasa Ibrani asli, akan mengakui bahwa bahwa kata kuno untuk Tuhan mempunyai cerita yang hilang kepada kita. Bagaimanapun bila seseorang menemukan kata eloh (aleflamed-heh) di beberapa prasasti yang tertulis dalam Ibrani-Paleo, Aram, atau tulisan pendek dari Nabatean, akan terbaca dalam beberapa cara tanpa tanda baca bagi para pembaca. Huruf campuran ini (yang bisa dibaca alah) adalah akar dari kata "to swear (bersumpah)" atau "to take an oath (untuk mengambil sumpah)," sebagaimana kata "to deify" atau "to worship" (menyembah), seperti berikut ini:

INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/008b.jpg" \* MERGEFORMATINET

Akar kata itu sendiri adalah ash dengan akar kata yang lama, el, yang berarti God (Tuhan), dewa, kemampuan, kekuatan, dll.
Satu dari dasar kata Ibrani untuk Tuhan, INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/008c.gif" \* MERGEFORMATINET (eloh), dapat dengan mudah dibaca alah tanpa tanda baca. Tidak mengejutkan bahwa kata Arab untuk Tuhan adalah allah. Kata ini, adalah tulisan standar ( INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/008d.gif" \* MERGEFORMATINET ) atau tulisan Estrangela ( INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/008e.gif" \* MERGEFORMATINET ), yang dieja alap-lamad-heh (ALH), yang mana berhubungan langsung dengan kata Ibrani eloh. Bahasa Aramaic berhubungan dekat dengan akar kata lama untuk Tuhan, eel. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_2.htm" \l "n6" 6
Kata Arab untuk Tuhan, adalah Allah ( INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/008aa.gif" \* MERGEFORMATINET ), ini dibaca dengan cara yang sama, dan berhubungan secara terpisah dengan sebagian besar kata umum untuk dewa, INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/008ab.gif" \* MERGEFORMATINET (ilah). Sangat penting untuk dicatat bahwa tatabahasa yang jelas dan hubungan etimologi antara kata penghormatan untuk Tuhan dalam hal ini berhubungan sangat dekat di dalam bahasa Semit (contoh, Allah, Alah dan Eloh berhubungan dengan Ilah, Eel, dan El, untuk penghormatan). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, jika satu kesatuan bahasa tiga agama tauhid ingin menyatakan bahwa Allah/alah adalah nama dari suku dewa bulan, dan penyembahan dewa tersebut adalah praktek pagan, maka harusnya umat Kristen membuang Bibel di tempat sampah karena dewa ini juga ada dalam teks Bibel. Mereka juga harus mengingkari Yesus karena memanggil dewa ini pada saat di tiang Salib.
Dicantumkan bahwa Ezra dan Nabi Daniel memanggil Tuhan mereka dengan "Elah". Hal ini lebih dari cukup untuk menolak anggapan yang salah dari umat Kristen -Dr. Robe, Morey-, bahwa Allah adalah dewa bulan. Jika Allah adalah dewa bulan, maka apa yang telah disembah oleh Ezra dan Nabi Daniel?

Eloh, Elohim, dan Yahweh.

Ketika umat Islam menentang Missionaris Kristen dengan bukti etimologi bahwa kata Allah adalah benar-benar berhubungan dengan kata Elohim, para misionaris kemudian menunjuk bahwa (yahweh) adalah "nama sakral" untuk Tuhan yang mereka sembah dan bahwa sejak itu umat Islam tidak menela'ah tentang "nama sakral" Tuhan, karena itulah - menurut mereka- umat Islam salah dalam memanggil nama Tuhan. Ini bukanlah argumentasi yang baru dari missionaris. Ketika Nabi Muhammad di Madinah, umat Yahudi Madinah melemparkan tuduhan yang sama, dengan mengatakan bahwa umat Islam tidak merujuk kepada Tuhan dengan hanya menyebut Dia sebagai 'Allah". Karena itulah kemudian turun ayat al-Quran untuk menepis tuduhan tersebut :

INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/a110.gif" \* MERGEFORMATINET
"Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mernpunyal al-asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) ... "
(al-Isra', 17:110).
Berdasarkan pengamatan kita juga mempunyai catatan tentang tuduhan bahwa :

Yang pertama dari semuanya, yang paling pertama di Kitab Kejadian 1 :1 adalah "Elohim", bukan "Yahweh". Kata ( INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/009b.gif" \* MERGEFORMATINET ) (YHWH) mulai muncul pada Kitab Kejadia sejak saat itu selalu memakai kata "Elohim".
Menurut James Strong pada The New Storng's Exhausive Concordance of the Bible, kata Yahweh adalah "Nama nasional Tuhan umat Yahudi" HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_2.htm" \l "n7" 7. Pendek kata, bahwa nama ini -katanya- hanyalah umat Yahudi yang memakai. Kita bandingkan pada rujukan yang sama, untuk kata Elohim adalah " .. . khusus dipakai untuk Tuhan yang maha tinggi". HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_2.htm" \l "n8" 8
Point yang terakhir adalah berdasarkan kepercayaan umat Kristiani sendiri, nama Yahwe hanya dipakai untuk kontek kitab perjanjian lama, dan tidak untuk umat Kristiani yang hanya percaya pada kitab perjanjian baru.
Pada sisi yang lain, kalau kita merujuk pada Markus 15:34 dimana Yesus dikatakan menangis dalam bahasa Aramaic:

ELOI, ELOI, LAMA SABACHTHANI?
Yang artinya :
Ya TuhanKu, Ya Tuhan Ku, Apakah sebabnya Engkau Meninggalkan Aku ?

Kalaulah pengakuan bahwa Yahweh adalah panggilan yang benar dari nama Tuhan, kenapa pada saat Yesus memanggil :

ELOI, ELOI, LAMA SABACHTHANI?
Yesus tidak menangis dan memanggil
YAHWEH, YAHWEH, LAMA SABACHTHANI ? "

Hal ini menunjukkan, pengakuan bahwa Yahweh adalah nama yang paling benar" untuk Tuhan adalah tidak berdasar. Yesus merujuk kepada Tuhan sebagai "ELOI" atau "ELI" (berdasarkan Matius 27:46). Jika benar tuduhan Dr. Robert Morey maka kita harus percaya bahwa Yesus mengabaikan "nama Yang benar" untuk Tuhan ketika dia memanggil-Nya sebagai "ELI" -Yang mana akar katanya berhubungan dengan akar kata bahasa Arab ALLAH- untuk Yahweh, dan umatKristen yang setuju dengan Dr. Robert Morey telah "mengabaikan" tentang apa nama Yang benar" untuk Tuhan!.
Kata-kata yang diakui oleh Dr. Robert More berdasarkan Peranjian lama adalah Yahweh dan Elohim. Mungkin dia termasuk yang menerima hukum Taurat, walaupun sebagian lain umat Kristen tidak mengakui hukum Taurat berdasarkan ajaran Paulus. Namun demikian dua kata di atas sebenarnya bukan kata yang asing dalam tradisi Islam. Kata Yahweh yang berbahasa Ibrani masih dekat dengan bahasa Arab "Yaa Huwa" di mana tradisi sufi sering menggunakan kata ganti orang ketiga untuk menyebut Allah, mereka bahkan hanya menyebut "Huwa" atau "Hu" dalam dzikir mereka. Kata yang kedua "Elohim" -yang juga berbahasa Ibrani- sama seperti sebelumnya dekat dengan bahasa Arab "Allahumma" yang sering dipakai umat Muslim dalam do'a. do'a mereka.
Kedekatan pemakaian kata-kata ini, setidaknya menunjukkan kesinambungan ajaran Tauhid yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim melalui dua putranya Isma'il dan Ishaq. Penyebutan Yahweh dan Elohim oleh bangsa Yahudi keturunan Ishaq; dikarenakan mereka berbicara dengan bahasa Ibrani yang ketika sampai pada masa Nabi Isa mereka mulai memakai bahasa Aramaik. Adapun keturunan Nabi Ismail yang memang tinggal di Jazirah Arab tentu saja memakai bahasa Arab dan menyebut Elohim dengan Allahumma, Eloh/Eloi dengan Allah. Perubahan kata/nama ketika dipakai bahasa lain adalah hal yang seringkali terjadi, kata ‘alim menjadi "ngalim" ketika disebut orang jawa, nama Muhammad menjadi Mamado jika orang Afrika yang menyebut. Hal ini sangat mungkin terjadi akibat perbedaan logat dan dialek. Adapun "God' atau "Lord" tentu saja bukan dikarenakan logat tapi penerjemahan, sebagai mana orang Indonesia menyebut "Tuhan" untuk yang mereka sembah. Dalam kontek bahasa Semit kata yang paling jauh justru "God" atau "Lord", karena memakai bahasa Engris-Eropa sementara pentas pewahyuan Taurat dan Injil berada di wilayah Palestina-Arab Secara bahasa, Taurat (Ibrani) dan Injil (Ibrani-Aramaik) adalah serumpun dengan bahasa Arab. Bahasa Arab tentu saja lebih dekat kepada saudara serumpunnya jika dibandingkan dengan bahasa Yunani atau Romawi dan bahasa-bahasa Eropa.

Tuhan dapat dikenal

Bahasan-bahasan berikut ini adalah jawaban atas upaya- upaya pembandingan Tuhan menurut Kristen dan Allah menurut Islam, serta masalah keimanan kedua umat.
Menurut Dr. Robert Morey, "Tuhan dapat dikenal. Yesus Kristus datang kedunia ini agar kita boleh mengenal Tuhan (Yohanes 17:3). Namun dalam Islam Allah tidak dapat dikenal. Allah begitu tinggi dan mulia, sehingga tidak ada seorangpun yang pernah secara pribadi mengenalNya". HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_2.htm" \l "n9" 9
Yohanes 17: 3 yang dimaksud oleh Dr. Robert Morey berbunyi seperti berikut: "Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_2.htm" \l "n10" 10 Berdasarkan ayat ini maka berarti umat Kristen mengenal Tuhannya melalui seorang utusan yaitu Yesus. "Melalui utusan" seharusnya diartikan "melalui apa yang diajarkan" oleh seorang utusan, bukan mengenal sang utusan sebagai Tuhan.
Mengenal Tuhan dengan pandangan sebagai pribadi, lebih mendekati pikiran primitif yang pernah dikenal oleh masyarakat Mesir Kuno -salah satunya-. Kepercayaan terhadap Re (dewa matahari), yang sebetulnya adalah matahari itu sendiri, bertahan dari dinasti ke II (± 3000 SM) raja-raja Mesir Kuno hingga dinasti Khofo (1400 SM). Hal ini dikuatkan dengan ditemukannya tulisan di makam salah satu raja dinasti II, yang menyebut dewa matahari dengan sebutan "Nabire" HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_2.htm" \l "n11" 11. Pada abad 14 SM, rajaraja mesir mulai mengembangkan pandangan pantheisme demi melanggengkan kekuasaannya. Kepercayaan masyarakat Mesir kuno yang sebelumnya tertuju kepada Matahari akhirnya beralih kepada Raja-raja itu sendiri sebagai perwujudan dewa Re di muka bumi.
Dr. Robert Morey yang mengenal Tuhannya dalam pandangan wujud seorang manusia, seharusnya menyadari bahwa wujud manusia yang berbentuk materi -ketika masa kehidupan Yesus- sekarang sudah tidak ada lagi. Tapi Allah yang tidak pernah akan mati masih ada dan bisa dikenali. Pandangan untuk mengenal Tuhan dalam perwujudan seorang manusia adalah pandangan primitif ketika manusia tidak mampu menalar keberadaan Tuhan yang tidak bisa diindera, hal ini menjadi pandangan umum umat manusia pada masa sebelum Islam, apalagi pada masa Fir'aun yang menuhankan dirinya. Tapi pada masa modern seperti saat ini pandangan wujud Tuhan dalam bentuk manusia adalah aneh, terhadap seorang pemimpin negara saja penghormatannya tidak seperti dulu yang seakan menyembah. Manusia modern lebih bisa menalar bahwa manusia sangatlah terbatas, maka tidak mungkin menjadi Tuhan. Pandangan perwujudan Tuhan dalam bentuk pribadi manusia hanyalah sekedar ‘kepercayaan' yang sangat susah dihilangkan karena tertanam sejak kanak-kanak, tapi secara logika amat sulit untuk dijelaskan, maka tidak mengherankan jika penjelasannya seringkali menggunakan analogi.
Selain pandangan bahwa tuhan dalam wujud pribadi, ada pandangan lain -seperti yang diungkapkan oleh Dr. Robert Morey-, yaitu pandangan bahwa tuhan itu berwujud roh. Pandangan ini pada dasarnya hanya untuk memasukkan roh kudus ke dalam jajaran trinitas. Sebab jika pandangan itu terlepas dari kepentingan tersebut, maka akan lebih parah lagi, sebab kepercayaan kepada roh sebagai yang dipertuhankan adalah pandangan yang paling primitif dalam sejarah kepercayaan umat manusia. Paham inilah yang memunculkan paham totemisme, yaitu kepercayaan terhadap roh-roh yang berada pada beberapa macam binatang atau benda yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk totem, atau patung dan berhala. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_2.htm" \l "n12" 12
Kelemahan akal manusia sering kali membuat mereka memvisualisasikan hal-hal yang tidak dapat mereka indra. Kepercayaan terhadap wujud yang tak terindra agak sulit mereka terima, karena sarana yang dipakai hanya akal saja. Itulah sebabnya manusia perlu bimbingan lain untuk menggunakan akalnya, yaitu melalui Rasul dan kitabnya. Bibel sendiri mengajarkan bahwa wujud Allah tidak bisa disamakan dengan yang lainnya.

Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus. (Yesaya 40: 25).

Ajaran ini pada dasarnya sama dengan ajaran al-Qur'an.yang menyebutkan :

INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/011a.gif" \* MERGEFORMATINET
Tidak ada satupun yang menyerupaiNya. (as Syura: 11)
Jika memang tidak ada satupun yang menyerupaiNya, maka bagaimana cara mengenalnya? Dalam ajaran Islam banyak sekali cara-cara yang diajarkan untuk mengenal Allah menurut kemampuan masing-masing orang. Mereka yang hanya mampu mengenal melalui logika akal, dapat membuktikan keberadaan Allah melalui perenungan terhadap ayat-ayatNya baik yang tertulis (al-Qur'an) maupun yang tidak tertulis (alam semesta). Sedangkan mereka yang mampu menambahkan kemampuan batin selain logika akal, maka dapat mengenal Tuhannya dengan mata hati, seperti yang dicapai oleh para sufi. Indera manusia yang berwujud materi tidak akan mampu mengindera dzat Allah yang maha Agung, Nabi Musa saja ketika ingin melihat Allah tidak mampu hingga pingsan dan gunung di dekatnya hancur apalagi manusia modern yang sudah banyak lalai terhadap Tuhannya. Penjelasan masalah ini kami cukupkan sebatas jawaban, untuk penjelasan tatacaranya lebih baik merujuk pada karya-karya para Sufi yang sudah berhasil mengenal Allah dengan sarana akal dan kalbunya.


III. ALLAH
Jangan berkata tentang Allah
Kecuali yang Haq...

ALLAH, TUHANKU DAN TUHANMU

Unitas atau Trinitas?

Pada bab "Jangan berlebih-lebihan" kita telah membahas doktrin trinitas berdasarkan kronologis pemunculannya berikut koreksi al-Qur'an atas kesalahan-kesalahan paham tersebut.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang paham trinitas ini, maka akan kami ketengahkan beberapa penjelasan yang berkembang dalam tradisi Kristen. Pengalaman salah satu penulis buku ini (Irena Handono) pada saat menjadi suster di Biara, dapat mernberikan gambaran tentang tradisi Kristen dalam memahami trinitas.
Pada usia anak-anak Irena kecil dididik dilingkungan Kristen Katolik. Tradisi gereja diterimanya seperti anak-anak Kristen lainnya. Namun ketika menginjak dewasa -apalagi sebagai biarawati yang selalu mengkaji masalah keagamaandoktrin Trinitas yang selama ini ia pahami membuat dirinya kebingungan untuk menalarnya. Kebingungan dalam memahami doktrin Trinitas dan masalah ketuhanan -yang menjadi dasar dari sebuah keyakinan keagamaan- mendorongnya untuk mencari sumber lain, yang akhirnya bertemu al-Qur'an. Karena tidak mengerti cara membuka kitab suci Al-Qur'an, maka ayat Al-Qur'an yang pertama kali dipelajari adalah yang letaknya di belakang, yaitu surat A1 Ikhlas. Surat pendek yang mengajarkan masalah ketuhanan dengan sangat jelas dan tegas, tanpa analogi yang bertele-tele. Surat al-Ikhlas inilah yang kelak merubah kehidupannya secara drastis.
Malam hari ia mempelajari surat A1 Ikhlas, pagi harinya ia mendapat kuliah theologi dari salah satu dosennya yang mengatakan bahwa Tuhan itu satu tetapi pribadinya ada tiga yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Tuhan Ruh Kudus. Satu Tuhan didalam tiga, tiga Tuhan di dalam satu, itulah yang disebut Trinitas. Terhadap pandangan ini ia mengatakan kepada dosennya, bahwa ia belum paham mengenai hakikat Tuhan seperti itu. Maka si dosen maju ke papan tulis menggambar segitiga sama sisi. Dosen bertanya: "Segitiga ini ada berapa?" Irena menjawab: "Satu!" Sisinya ada berapa? "Tiga", jawab Irena. Lebih lanjut si dosen menjelaskan bahwa itulah hakikat Tuhan. Tuhan Bapak sama kuasanya dengan Tuhan Anak dan sama kuasanya dengan Tuhan Roh Kudus.
Dengan penjelasan seperti itu, Irena mengutarakan pendapatnya kepada si dosen: "Kalau demikian Pater, suatu saat nanti kalau dunia ini semakin maju, iptek semakin canggih, maka Tuhan itu kalau hanya tiga pribadi tidak cukup, paling tidak harus ada penambahan menjadi empat pribadi.
Jawab dosen: "Tidak bisa!"
"Bisa saja!" sambung Irena, sambil maju ke papan tulis ia menggambar bujur sangkar, segi empat sama sisi.
Kalau tadi gambar segitiga sama sisi disimpulkan bahwa Tuhan itu Pribadinya ada tiga, maka gambar bujur sangkar adalah sah-sah saja kalau dikatakan bahwa Tuhan itu pribadinya ada empat.

Si dosen kaget dan menjawab: "Tidak boleh!"
Mengapa tidak boleh?, Tanya Irena. Segera si dosen menjawab: "Trinitas itu sudah merupakan dogma". Dogma itu adalah aturan atau hukum yang dibuat oleh para pemimpin gereja.
Tidak puas, Irena bertanya lagi: "Kalau saya masih belum paham dengan dogma itu bagaimana?"
Dengan tegas si dosen menjawab: "Anda paham atau tidak, terima saja dan telan saja, jangan dipertanyakan. Jika anda ragu hukumnya dosa."
Meskipun ia sudah diancam dengan dosa, namun pada malam harinya ada dorongan yang sangat kuat pada dirinya untuk kembali mempelajari surat Al Ikhlas. ALLAHU AHAD! Suara hatinya mengatakan: "ini yang benar".
Hari-hari berikutnya Irena selalu bertanya kepada para dosen yang lain. la mengawali pertanyaan dengan menggunakan bahasa perumpamaan, antara lain: "Pater, siapakah yang membuat meja dan kursi? "Dosennya tidak mau menjawab, justru Irena diperintahkan menjawab pertanyaannya sendiri. la pun segera menjawab:"Yang membuat meja dan kursi ialah tukang kayu." Dosen nya balik bertanya: `Apa maksud anda dengan pertanyaan seperti itu?", jawab Irena: "Meja dan kursi itu, meskipun dibuatnya satu tahun yang lalu, sampai seratus: tahun kemudian bahkan sampai hari kiamat, meja dan kursi tetap sebagai meja dan kursi, tidak ada satupun meja kursi yang mampu mengubah dirinya menjadi tukang kayu, dan tukang kayu tidak boleh dipersamakan dengan meja kursi. Demikian pula bahwa Allah menciptakan alam semesta berikut segenap isinya termasuk manusia; meskipun manusia itu dilahirkan satu tahun yang lalu, sampai seratus tahun kemudian bahkan sampa hari kiamat, manusia akan tetap manusia, tidak ada seorangpun manusia yang mampu mengubah dirinya menjadi Tuhan, dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia.
Pada hari-hari yang lain Irena bertanya lagi kepada dosen Yang lain: "Pater, siapakah yang melantik Walikota?", Dosen balik bertanya: "Seorang suster tidak tahu siapa yang melantik Walikota?", Ia jawab: "Sebenarnya saya tahu Pater; bahwa yang melantik Walikota itu pasti echelon di atasnya yaitu Gubernur." Dosen lantas menanyakan: "Mengapa anda bertanya seperti itu?", Ia jawab: "Kalau ada Walikota dilantik oleh Camat, maka pelantikan itu tidak sah. Demikian pula bahwa manusia itu kedudukannya adalah sebagai hamba Tuhan, maka kalau ada manusia melantik sesama manusia menjadi Tuhan, maka pelantikan itu tidak sah selamanya."
Dengan berbagai dialog yang dilakukan itu, ia mendapat predikat sebagai seorang biarawati yang kritis. Sampai pada klimaksnya, ia berdialog dengan dosen sejarah gereja. la bertanya: "Pater, menurut literatur yang saya baca dan kuliah yang saya terima, Yesus itu baru dilantik dan mendapat sebutan Tuhan, terjadinya pada tahun 325 Masehi. Yang menobatkan Yesus sebagai Tuhan ialah Kaisar Romawi yang bernama Constantin. Dilakukan dalam rangka konsili di kota Nicea. Benarkah demikian? Jawab si dosen: "Ya, benar. Mengapa?"
Maka ia katakan: "Kalau demikian Pater, menurut kesimpulan saya, Yesus itu bukanlah Tuhan melainkan manusia yang dipertuhankan oleh manusia dan penuhanan itu tidak sah selamanya". Iman Kristianinya menjadi goyang total, selanjutnya dia mendapatkan keyakinan baru yang teguh dan bulat bahwa Islam adalah satu-satunya agama tauhid dan satu-satunya agama yang hak.
Selain permisalan "segi tiga" analogi yang lain adalah "telur", yang terdiri dari kulit, putih dan kuning telur ketiganya tidak bisa dipisahkan. Dan layaknya sebuah telur pemanfaatannya pun tergantung kebutuhan, kadang kulitnya saja, atau kuning saja. Maka walaupun sebelumnya berwujud satu, jika kemudian dipahami secara parsial tetap saja bukan satu.
Analogi lainnya adalah "matahari", yang memiliki sinar, panas dan bulatannya itu sendiri. Mataharipun akan dimanfaatkan secara parsial, dalam gelap orang sering mengambil sinarnya, atau menolak panasnya karena takut kulitnya hitam. Analogi matahari ini malah lebih mirip dengan kepercayaan masyarakat Mesir Kuno, yang sebelumnya hanya mempercayai matahari, dan kemudian berkembang menjadi tiga kekuatan ketika mereka menafsirkan, bahwa dewa matahari pada pagi hari berbentuk anak kecil (Khabire), siang hari menjadi dewasa (Re), dan malam hari berwujud seorang tua (Atom); namun ketiganya adalah satu yaitu dewa matahari yang naik kapal solar (matahari) berlayar di angkasa dari timur hingga ke barat HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_3.htm" \l "n13" 13. Namun demikian kita tidak lantas buru-buru mengatakan bahwa mereka menyembah dewa Matahari -seperti pola pikir Dr. Robert Morey-, hanya saja pandangan yang parsial terhadap eksistensi Tuhan tidak jauh berbeda dengan pandangan masyarakat Mesir kuno yang belum mampu menalar wujud Penguasa Tunggal alam semesta.
Penjelasan yang lebih argumentatif datang dari Thomas Aquinas yang mendasarkan pada pandangan Yesus sebagai firman Tuhan. Menurut pandangannya bahwa dua oknum -selain Allah- adalah "Yang keluar" dari Allah, ia tamsilkan sebagaimana produk yang keluar dari akal. Ia umpamakan: Roh kudus keluar dari Tuhan Bapa, seperti keluarnya obyek pemikiran dari akal, tanpa memisahkan antara yang keluar dengan sumbernya. Atau seperti keluarnya kalimat dari manusia. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_3.htm" \l "n14" 14
Pandangan ini tetap saja parsial dan tidak lepas dari bantuan "permisalan", sebab apa "yang keluar" adalah wujud lain yang keluar dari kekuasaanNya. Dan pandangan ini bertentangan dengan keterangan Bible sendiri yang menyatakan bahwa Allah adalah yang Awal dan yang Akhir, maka yang keluar adalah bukan yang awal.

Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi la rneletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: 'Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (Wahyu 1:17)

Tuhan Menurut Kitab Suci

Penggunaan logika yang benar dapat mengantar manusia mengenal penciptanya, yaitu dengan merenungi ciptaanNya serta tanda-tanda kekuasaannya. Hal ini akan lebih lengkap jika dibarengi dengan kalbu yang tidak pernah membohongi pemiliknya. Kedua anugrah dari pencipta tersebut dilengkapi dengan panduan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan logika umat manusia. Itulah makanya penjelasan dalam kitab suci samawi selalu bertambah, dari yang paling awal hingga yang paling terakhir. Ibarat sebuah software maka setiap edisi akan lebih baik hingga pada edisi sempurna. Namun demikian pesan utama selalu sama, walaupun umat yang menerima petunjuk tersebut tidak mau atau memang tidak memahami pesan dari kitab suci tersebut. Pesan tauhid selalu nomor satu dalam semua kitab samawi, dari Shuhuf Ibrahim, Taurat, Zabur/Mazmur, Injil hingga Al-Qur'an. Sekuat apapun manusia menutupi kebenaran dan membelokkan ajaran tersebut, sunnatullah berkata lain, kebenaran itu akan terkuak walaupun masih ada yang tetap tidak mau menerima kebenaran itu. Ajaran Ibrahim As (2000-1900 SM) hingga Musa As (1400 SM) yang sempat punah, ditulis kembali Oleh Ezra (Uzair) pada 536-456 SM. yang masuk dalam Perjanjian Lama sebagai "The book of Ezra" HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_3.htm" \l "n15" 15. Ajaran Ezra yang dibelokkan oleh bani Israel diperbarui dan digenapi oleh Injil yang diturunkan kepada Isa As (abad I M), saat ajaran Injil dibelokkan lagi Al-Qur'an diturunkan dan tidak berubah hingga akhir zaman. Dan ketika pelurusan al-Qur'an tidak diterima oleh para ahli kitab, Allah mengingatkan ahli kitab dengan dua peristiwa besar, yaitu penemuan Naskah Laut Mati yang lebih banyak menyinggung kitab Perjanjian lama (Taurat) serta kajian sarjana Bible yang objektif dalam meluruskan ajaran Injil (Gospel/Perjanjian Baru). Umat Yahudi yang suka sekali bermain-main dengan sejarah untuk kepentingan semangat nasionalisme diperingati dengan penemuan naskah Qumran, dan umat Kristen yang suka mengunggulkan rasionalisme diperingati dengan kajian yang objektif dan rasional, masihkan mereka belum percaya? Jika umat muslim ikut-ikutan meninggalkan al-Qur'an entah peringatan apa yang akan mereka terima...?
Upaya membelokkan pengESAan menjadi paham Trinitas dalam tradisi Gereja, sebenarnya sangat bertentangan dengan kitab suci yang menjadi panduan gereja itu sendiri. Namun kepercayaan yang sudah mengendap ± 20 abad lamanya ini agaknya menjadi penghalang yang paling besar untuk menghargai nalar yang pada sisi lain sangat diunggulkan, aneh memang.

Bibel menyatakan dengan tegas:

Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus. (Yesaya 40: 25).

Sama tegasnya dengan pernyataan al-Qur'an:

Tidak ada satupun yang menyerupaiNya. (as Syura: 11)

Dengan pernyataan Bible di atas, maka sebenarnya ajaran tentang pribadi dan roh, hanyalah bualan semata. Tapi karena kepercayaan berkata lain, sebagian kelompok Kristen tidak menerima ayat ini, karena ayat ini terdapat di dalam kitab perjanjian lama yang mereka tolak, walaupun pada sisi lain para penolak perjanjian lama menggunakan beberapa ayatnya untuk melegalisir beberapa kepercayaannya.
Dengan tidak mengakui perjanjian lama maka upaya legalisasi dicarikan dari perjanjian baru walaupun dengan menafsirkan sesuka hati, atau kalau perlu menambah dan mengurangi ayat, agar sesuai dengan paham trinitas. Salah satu ayat yang dijadikan alasan untuk doktrin ketuhanan Yesus yang pada gilirannya akan dapat memperkuat paham trinitas, yaitu pada Yohanes 1:1, yang berbunyi:

"Pada mulanya adalah firman; firman itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu adalah Allah. "

Keberadaan ayat ini memang sangat janggal, karena banyak ayat Bible yang menyebutkan bahwa tuhan itu Esa/Satu, Sedang ayat di atas menunjuk adanya `dua' sebab dikatakan firman itu bersama-sama dengan Allah. Kejanggalan bukan pada kalimat ini, tapi pada kalimat lanjutannya yang berbunyi: .. dan firman itu adalah Allah. Artinya setelah menyatakan bahwa terdapat `dua' yang bersama-sama, kemudian dikatakan keduanya adalah satu, dengan kekuasaan yang sama, sebab disebut tuhan.
Abu Mahmoud Muhajir dalam bukunya "All Church's Doctrines Contradicts The Bible?', mencoba mencermati ayat ini. Bahwa jika diperhatikan ayat-ayat lain yang menggunakan gaya bahasa yang sama dengan ayat ini, maka akan didapatkan satu ayat yang mirip yaitu pada I Korintus 3:23 yang berbunyi:

Tetapi kamu adalah milik kristus dan kristus adalah milik Allah.

Jika mengacu pada gaya bahasa ini, maka penulisan Yohanes 1:1 mestinya ...dan Firman adalah milik Allah. Dalam bahasa Indonesia mungkin hal ini terlihat agak berlebihan sebab harus menambah satu kata, namun dalam bahasa Inggris dan Latin perbedaannya sangat tipis yaitu satu huruf, yang menandakan kepemilikan. Dalam edisi bahasa Inggris, Yohanes 1:1 ditulis...and the words was God, mestinya.. . was God's (milik Tuhan) ada huruf "s" setelah kata God. Penulisan seperti ini akan lebih jelas dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa kedua setelah bahasa aslinya yaitu Aramaik. Dalam bahasa Yunani kata Theos artinya Tuhan, tetapi Theou artinya milik Tuhan. Perbedaannya sangat kecil, satu huruf, tapi resikonya sangat besar. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_3.htm" \l "n16" 16
Al-Qur'an juga menyinggung soal firman (kalam) namun dalam pengertian yang sangat berbeda, dengan pemahaman gereja yang sering memakai ayat al-Qur'an sebagai legalitas pemahaman ketuhanan Yesus, karena ayat ini justru meluruskan pemahaman tentang firman.

Ayat Ali Imran 45.

(Ingatlah) ketika malaikat berkata: Wahai Maryam, sesungguhnya Allah memberi
kabargembira kepada engkau dengan kalimat dari pada-Nya, namanya Almasih "Isa anak Maryam, yang mempunyai kebesaran di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang dekat (kepada Allah).

Kalimat yang dimaksud adalah seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam surat yang sama pada ayat sebelumnya yaitu Ali Imran 47, yaitu:

Ayat....

Maryam berkata: Wahai Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belurn pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman: "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah ", lalu jadilah.

Dengan pengertian bahwa firman adalah perkataan Allah untuk mewujudkan kehendakNya, maka kata milik atau dari tidak bisa dihilangkan. Hal ini sekaligus merupakan jawaban atas ketidak mampuan manusia untuk menalar adanya seorang manusia yang lahir tanpa pertemuan antara ovum dan sperma, bahwa jika Allah berkehendak maka cukup berfirman "Kun/jadilah" maka jadilah apa yang dikehendakiNya, termasuk penciptaan Adam dan Yesus, karena keduanya terwujud dengan proses yang berbeda dari manusia biasanya. Namun jika “ciptaan" itu kemudian dianggap sekaligus sebagai "tindakan" (dari Allah berupa firman: Kun), apalagi kemudian "tindakan" tersebut dianggap sebagai Pelaku mekanisme itu sendiri, maka akan berapa banyak yang dipertuhankan oleh manusia. Sebab alam semesta inipun terjadi atas kehendak Allah dengan proses KUN (jadilah).

TAUHID DALAM ISLAM


Dalam surat al-A'raf :172 telah diinformasikan bahwa manusia telah berikrar kepada Allah sebelum ia dilahirkan, sebagaimana firman-Nya: Alastu birabbikum (bukankah aku ini Tuhanmu)? Tanya Allah kepada manusia sebelum ia dilahirkan. Kemudian dengan tegas dijawab: "Bala Syahidna (Betul, kami bersaksi bahwa engkau adalah Tuhan kami). Dari sini kita ketahui bahwa manusia yang lahir telah dibekali tauhid kepada Allah Sang Pencipta.
Setelah lahir keadaan di sekitar sang bayi yang kemudian mempunyai pengaruh besar terhadap akidah sang anak adalah: secara umum lingkungan sang anak, dan orangtua bayi khususnya; sebagaimana sabda Rasulullah:

"Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua arang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. "

Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata

wahhada ( INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/009.gif" \* MERGEFORMATINET ) yuwahhidu ( INCLUDEPICTURE "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/03/009b.gif" \* MERGEFORMATINET ), Secara etimologis, tauhid berarti peng-esa-an. Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa/Tunggal/Satu. Pengertian inl sejalan dengan pengertian dalam bahasa Indonesia, yaitu "keesaan Allah"; mentauhidkan berarti mengakui ke-esaan Allah; meng-esakan Allah". Kata tauhid tidak tercantum dalam al-Quran kecuali dalam hadits, yaitu pada saat Rasulullah mengirim Mu'adz ibn Jabal sebagai Gubernur di Yaman.
Inti dari ajaran tauhid adalah keyakinan bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan Selain Allah. Penegasan akan keEsaan Allah banyak sekali dinyatakan dalam Al Quran, hal ini menepis tuduhan Dr. Robert Morey bahwa Al Quran tidak pernah menguraikan makna atas kata-kata seperti "Allah". Ayat tersebut antara lain:

1. Surat al Ikhlas : 1-4 :

"Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa". Allah adalah Tuhan yang betgantung kepada-Nya segala sesuatu. Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.

2. Surat az Zumar : 4

"Maha suci Tuhan, Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa."

3. Surat an-Nisa' 171, Surat al Maidah 73, Surat al-Ambiya : 22, dan beberapa ayat yang lain, baik secara eksplisit maupun implisit menyebutkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Dia.

Keesaan Allah SWT tidak hanya kesaan pada zat-Nya, tapi Juga esa pada sifat dan af’al (perbuatan) -Nya. Yang dimaksud dengan esa pada zat ialah Zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian. Tidak ada sekutu bagiNya dalam memerintah. Esa pada sifat berarti sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat Yang lain dan tak seorangpun yang mempunyai sifat sebagaimana sifat Allah SWT Esa pada af'al (perbuatan) berarti tidak ada seorangpun memiliki perbuatan sebagaimana Perbuatan Allah. la Maha Esa clan menyendiri dalam hal menciptakan, membuat, mewujudkan, dan membentuk sesuatu. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_3.htm" \l "n17" 17
Tuhan yang tunggal ini bukanlah suatu wujud seperti diri kita, yang dapat kita indera namun terkadang tidak kita pahami eksistensinya. Dan Allah telah berkehendak untuk membuat dirinya diketahui. Di dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman kepada Muhammad: "Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi; Aku ingin dikenal. Kemudlan Aku ciptakan alam agar Aku bisa dikenal. Dengan merenungkan tanda-tanda (ayat) alam dan ayat-ayat Al Quran, kaum Muslim dapat memperoleh kilasan aspek keilahian yang telah dituangkan di alam semesta.
Seperti kedua agama yang lebih tua, Islam menekankan bahwa kita hanya bisa melihat Tuhan melalui aktivitasnya, yang menyesuaikan wujudnya yang tak terlukiskan itu dengan pemahaman kita yang terbatas. Al Quran memerintahkan kaum Muslim untuk menanamkan kesadaran yang tak terputus tentang Zat Tuhan yang melingkupi mereka dari semua sisi: Ke manapun engkau berpaling, maka disanalah Allah. HYPERLINK "mk:@MSITStore:G:\\E-book\\Kristologi\\Islam%20dihujat.chm::/allah_3.htm" \l "n18" 18 Al Quran memandang Tuhan sebagai yang Mutlak, pemilik eksistensi sejati: Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Di Dalam Al Quran, juga disebutkan sembilan puluh sembilan nama atau sifat Tuhan. Ini menekankan bahwa Dia "lebih besar", sumber dari semua kualitas positif yang kita jumpai di alam semesta. Dengan demilcian, dunia menjadi ada hanya karena Dia yang adalah Al Ghani (kaya dan tak terbatas); memberi kehidupan (al Muhyi); mengetahui segala sesuatu (al Alim), berbicara (al Kalim); tanpa Dia, takkan ada kehidupan, pengetahuan, atau kata-kata. Ini merupakan penegasan bahwa hanya Allah yang memiliki eksistensi yang sejati dan nilai positif. Nama-nama Tuhan memainkan peran sentral dalam peribadatan Muslim: nama-nama itu dibaca, dihitung pada bulir-bulir tasbih, dan diucapkan untuk mempertajam kemampuan lain -selain logika- berupa mata hati yang sanggup mengenalkan manusia kepada penciptaNya. Semua ini mengingatkan kaum Muslim bahwa Tuhan yang mereka sembah tidak bisa dicakup oleh kategori-kategori manusia dan mengelak dari definisi yang sederhana.
Rukun Islam yang pertama adalah syahadat, pengakuan keimanan seorang Muslim; "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah." Ini bukan sekedar penegasan atas eksistensi Tuhan tetapi sebuah pengakuan bahwa Allah merupakan satu-satunya realitas sejati, satu-satunya bentuk eksistensi sejati. Dia adalah satu-satunya realitas, keindahan, atau kesempurnaan sejati. Mengucapkan penegasan ini menuntut kaum Muslim untuk mengintegrasikan kehidupan mereka dengan menjadikan Allah segagai fokus dan prioritas tunggal mereka. Penegasan tentang keesaan Allah bukan sekedar penyangkalan atas kelayakan dewa-dewa, seperti "dewa bulan" untuk disembah.

1 comment:

bowosch said...

salam bapak wildan
saya ingin bertanya(karena memang tidak tahu)
mengenai bibel yang 80% bukan merupakan sabda kristus itu bukanya dari dulu umat kristen sudah mengetahuinya? karena bibel terdiri dari perjanjian lama dan baru. perjanjian lama memuat Bab-bab sebelum kedatangan kristus. jadi benar lah kalau memang belum ada perkataan Yesus disana. kemudian perjanjian baru berisi empat injil dan kisah para rasul. keduanya ditulis setelah Yesus diangkat ke surga. injil "menceritakan" kehidupan kristus. menceritakan bukan berarti kristus yang menulis sendiri kan.
akan tetapi murid2 kristus yang bercerita. nah di sini baru kita bisa dapatkan sabda-sabda kristus.

Post a Comment

terimakasih sebab sudi mengunjungi blog sy...
smoga bermanfaat untuk semua..